PENGELOMPOKAN ASSET DAN LIABILITIES BANK DARI SUDUT PANDANG SEORANG ALM (ASSET LIABILITIES MANAGEMENT)
Apabila
kita memiliki Tabungan, Deposito atau simpanan di Bank, tahukah kita uang yang
kita simpan dibank akan dikemanakan/disalurkan kemana saja oleh pihak manajemen
Bank? Amankah uang kita yang mereka kelola? jika kita melakukan
penarikan/pengambilan uang dibank tersebut setiap saat apakah dana telah
tersedia dibank tersebut? sudah benar atau tepatkah Bank memutarkan dana
nasabahnya? untuk menjawab pertanyaan ini maka kita perlu mempelajari konsep
Asset and Liability Management, dimana setiap Bank memiliki tim manajemen aset
dan kewajiban yang akan mengelola atau memanajemen aset dan kewajibannya.
Proses pemutaran uang
yang ditabung nasabah pada bank tersebut harus diinvestasikan/diputarkan oleh
bank untuk mendapatkan keuntungan, proses pemilihan investasi itu harus
dilakukan dengan seksama dan kehati-hatian karena kesalahan dalam memilih
investasi akan membawa akibat Bank tersebut tidak bisa memenuhi kewajibannya
kepada nasabahnya. Tugas utama manajemen aset dan kewajiban adalah
memaksimalkan laba, meminimalkan resiko, dan menjamin tersedianya likuiditas
yang cukup.
Pengertian
Asset and Liability Management
Merupakan serangkaian
tindakan dan prosedur yang dirancang untuk mengontrol posisi keuangan suatu
bank. Bank menghadapi kemungkinan resiko dalam menjalankan bisnisnya, beberapa
resiko tersebut :
Resiko
dibidang kredit
Resiko
dibidang likuiditas (Bank tidak dapat memenuhi kewajibannya
pada waktunya atau hanya dapat membayar dengan melakukan pinjaman darurat atau
menjual aktiva.
Resiko
tingkat suku bunga (resiko akibat perubahan suku bunga).
Resiko
nilai valuta asing (Kerugian akibat perubahan kurs)
Resiko
dibidang kontijen (Transaksi yang mengandung syarat yang
mana hasilnya akan diketahui dimasa yang akan datang)
Fungsi utama Manajemen
aset dan kewajiban terdiri dari :
1. Manajemen Likuiditas
Manajemen likuiditas
adalah kemampuan manajemen Bank dalam menyediakan dana yang cukup untuk
memenuhi semua kewajiban-kewajiban maupun komitmen yang telah dikeluarkan
kepada nasabahnya setiap saat. Pengelolaan likuiditas tersebut dilakukan
untuk memenuhi pekerjaan – pekerjaan
sebagai berikut :
1. Kemampuan untuk memprediksi kebutuhan dana
di masa yang akan datang.
2. Mencari sumber dana untukmencukupi jumlah
yang
dibutuhkan.
3. Melakukan penatausahaan untuk arus dana
yang masuk dan
keluar.
Selanjutnya dalam
pengelolaan likuiditas Bank ada beberapa risiko yang mungkin timbul antara lain
sebagai berikut :
a. Risiko Pendanaan (Funding Risk)
Risiko ini timbul apabila
Bank tidak cukup dana untuk memenuhi kewajibannya.
b. Risiko Bunga (Interest Risk)
Adanya berbagai variasi
tingkat suku bunga dalam aset maupun liabilities dapat menimbulkan
ketidakpastian tingkat keuntungan yang akan diperoleh.
Manajemen
Gap (Mismatch)
Manajemen Gap adalah
upaya-upaya untuk mengelola dan mengendalikan kesenjangan (gap) antara aset dan
liabilities pada suatu periode yang sama, meliputi kesenjangan dalam hal jumlah
dana, suku bunga, saat jatuh tempo atau perpaduan antara ketiganya.
Atau dengan
kata lain manajemen gap adalah upaya untuk mengatasi perbedaan (mismatch)
antara aset yang sensitif terhadap bunga (Rate Sensitive Assets/RSA) dan pasiva
yang sensitif terhadap bunga (Rate Sensitive Liabilities/RSL). RSA adalah
aktiva berbunga yang bunganya dapat berubah setiap saat, contoh surat-surat
berharga sedangkan RSL adalah pasiva berbunga yang bunganya dapat berubah
setiap saat, misalnya deposito berjangka, dana yang bunganya dikaitkan dengan
SIBOR/LIBOR.
Posisi gap dapat positif, negatif atau nol. Dalam neraca Bank
hampir selalu terjadi ketidakseimbangan antara sumber dana di sisi liabilities
dengan penggunaan dana disisi aset. Sehingga perlu dilakukan strategi manajemen
di bidang pendanaan maupun penempatannya (investment).
Untuk merealisir
strategi tersebut dengan sebaik-baiknya harus dilakukan dengan mengubah tingkat
suku bunga, baik suku bunga simpanan maupun suku bunga pinjaman. Oleh karena
itu, manajemen gap bertujuan untuk :
1. Menghindari
kerugian akibat dari gejolak tingkat bunga.
2. Mengusahakan
pendapatan yang maksimal dalam batas risiko tertentu.
3. Menunjangkebutuhan
manajemen likuiditas.
4. Mengelola
risiko serendah mungkin.
5. Menyusun
struktur neraca yang dapat meningkatkan kinerja dengan tingkat suku bunga yang
wajar.
Pengukuran Gap Pengukuran
besarnya gap antara sisi aktiva dengan sisi pasiva diukur dengan menggunakan
“Interest Maturity Ladder”, yaitu berupa suatu tabel yang disusun dari aset dan
liabilities yang dikelompokkan menurut periode peninjauan bunganya.
Besarnya
gap akan menentukan besarnya potensi keuntungan atau kerugian yang akan timbul
dari perubahan tingkat bunga tersebut. Besarnya gap dapat berubah membesar atau
mengecil karena transaksi-transaksi yang dilakukan. Strategi Manajemen Gap
Perubahan suku bunga akan menimbulkan dampak yang tidak sedikit terhadap
struktur neraca maupun kinerja Bank.
Oleh karena itu timbul upaya-upaya untuk
mengelola Interest Rate Management, yaitu suatu kegiatan untuk menata interest
rate secara simultan atau bersamaan antara sisi asset maupun sisi liabilities
sehingga dapat diperkecil dampak negatif perubahan suku bunga terhadap target
pencapaian pendapatan bersih yang stabil dan berkembang. Beberapa hal penting
yang perlu diperhatikan dalam penataan manajemen gap, yaitu :
JangkaWaktu
Repricing
Interest Rate
Acceleration of Change
Contoh
Pengelompokkan Asset dan Liabilitas Bank dari sudut pandang ALM
:
Data diambil dari Laporan
Keuangan Bank Syariah Mandiri Periode 30 Juni 2018, terdiri dari: